Goo Puye (Foto: Dok. Prib/KM) |
Oleh: Goo Puye
Pada hakekatnya yang hakiki adalah asasi. Demikan manusia memiliki asasi yang paling tertinggi (memiliki nilai tersendiri) di antara makhluk hidup lainnya, maka kehidupan manusia tidak bisa dijual belikan oleh uang serta jabatan. Sesungguhnya setiap bangsa manusia dunia mempunyai harapan dan keinginan yang sama secara mutlak. Dalam dan untuk menyanggupi keadaban yang dipunyai. Sebagaimana halnya manusia rindukan kebebasan saat terjerat dalam sangkar, manusia mengharapkan hidup ketika ditawan oleh derita dan menginginkan damai dari konflik batin yang selalu dirasakan. Sehingga untuk merestorasi segala kefakuman/kematian bangsa manusia dalam mencapai harapan dan keinginan perlu ada tindakan-tindakan aktualisasi. Dan tindak kerja ini menjadi pasal utama pada dunia zaman sekarang dan di sini.
Tindakan-tindakan kerja ini harus dibagun dari sekarang, entah melalui kerja otak maupun kerja fisik. Supaya pada tingkatnya dapat menerobos dalil-dalil ancaman yang selalu mengada dan itu sedang terjadi secara nyata juga secara terselubung, diam-diam dalam permainan gelap tak bisa di ketahui.
Untuk mengetahui sebab akibat atas kematian bagi suatu bangsa, mau dan tidak pribadi orang haru masuk turut serta dalam keprihatinan. Yang dalamnya merasakan arti hidup pada derita orang lain. Bahwa saya-dia-mereka/kami menderita karena akibat dari ini. Misalnya, karena ekonomi tidak menjamin, atau budayanya sedang distigma oleh budaya ingkulturasi. Ataupun karena belum ada pelurusan sejarah kebenarannya.
Maka selanjutnya, perlu diketahui bahwa kematian bagi suatu bangsa disebabkan oleh tiga bentuk cara a) Ekonomi dimarginal b) Sejarah dibunuh mati dan c) Budaya dilupakan oleh budaya ingkulturasi/budaya baru. Dari tindakan brutalisme inilah mengakibatkan kematian bagi bangsa manusia. Yang pada prosesnya manusia manusia mengalami perubahan secara dinamis mundur dan mengalami kehilangan. Kehilangan untuk memenuhi harapan dan keinginan kemanusiaannya.
Di decade belakangan ini kematian akan sebuah bangsa manusia makin mengharukan di mata dunia internasional. Telaah manusia lalaikan manusia lain dalam pembangunan manusia itu sendiri. Manusia hendak tertipu dengan globalisasi sehingga manusia hanya “berpikir global dan selanjutnya bertindak global pula” tanpa “berpikir global tapi bertindak lokal”. (KM)
(Penulis adalah Komunitas Anak Jalanan Papua)
Pada hakekatnya yang hakiki adalah asasi. Demikan manusia memiliki asasi yang paling tertinggi (memiliki nilai tersendiri) di antara makhluk hidup lainnya, maka kehidupan manusia tidak bisa dijual belikan oleh uang serta jabatan. Sesungguhnya setiap bangsa manusia dunia mempunyai harapan dan keinginan yang sama secara mutlak. Dalam dan untuk menyanggupi keadaban yang dipunyai. Sebagaimana halnya manusia rindukan kebebasan saat terjerat dalam sangkar, manusia mengharapkan hidup ketika ditawan oleh derita dan menginginkan damai dari konflik batin yang selalu dirasakan. Sehingga untuk merestorasi segala kefakuman/kematian bangsa manusia dalam mencapai harapan dan keinginan perlu ada tindakan-tindakan aktualisasi. Dan tindak kerja ini menjadi pasal utama pada dunia zaman sekarang dan di sini.
Tindakan-tindakan kerja ini harus dibagun dari sekarang, entah melalui kerja otak maupun kerja fisik. Supaya pada tingkatnya dapat menerobos dalil-dalil ancaman yang selalu mengada dan itu sedang terjadi secara nyata juga secara terselubung, diam-diam dalam permainan gelap tak bisa di ketahui.
Untuk mengetahui sebab akibat atas kematian bagi suatu bangsa, mau dan tidak pribadi orang haru masuk turut serta dalam keprihatinan. Yang dalamnya merasakan arti hidup pada derita orang lain. Bahwa saya-dia-mereka/kami menderita karena akibat dari ini. Misalnya, karena ekonomi tidak menjamin, atau budayanya sedang distigma oleh budaya ingkulturasi. Ataupun karena belum ada pelurusan sejarah kebenarannya.
Maka selanjutnya, perlu diketahui bahwa kematian bagi suatu bangsa disebabkan oleh tiga bentuk cara a) Ekonomi dimarginal b) Sejarah dibunuh mati dan c) Budaya dilupakan oleh budaya ingkulturasi/budaya baru. Dari tindakan brutalisme inilah mengakibatkan kematian bagi bangsa manusia. Yang pada prosesnya manusia manusia mengalami perubahan secara dinamis mundur dan mengalami kehilangan. Kehilangan untuk memenuhi harapan dan keinginan kemanusiaannya.
Di decade belakangan ini kematian akan sebuah bangsa manusia makin mengharukan di mata dunia internasional. Telaah manusia lalaikan manusia lain dalam pembangunan manusia itu sendiri. Manusia hendak tertipu dengan globalisasi sehingga manusia hanya “berpikir global dan selanjutnya bertindak global pula” tanpa “berpikir global tapi bertindak lokal”. (KM)
(Penulis adalah Komunitas Anak Jalanan Papua)
0 thoughts on “Menerobos Kematian Suatu Bangsa Manusia”