BREAKING NEWS
Search

Awal Juni, Mantan Editor Majalah Selangkah Meninggal

Mantan Editor Majalah Selangkah,Mateus Ch. Auwe 

Yogyakarta, (KM) - Amoye Egeidaby.Biasa dipanggil Teus. Lebih populer dengan nama Mateus Ch. Auwe (http://egeidaby-a.blogspot.co.id/).

Sebelumnya aktif me-layout Majalah Selangkah (MS) cetak, bergabung dalam Komunitas Pendidikan Papua (KPP). Lalu komunitas ini menjadi lembaga, Lembaga Pendidikan Papua (LPP). Mereka tidak lagi memproduksi majalah dalam bentuk cetak. Sejak 2012, LPP dirikan website. Isinya berita dan informasi seputar tanah Papua,Majalah Selangkah Online (majalahselangkah.com) namanya. Dengan slogan “Kritis dan Objektif untuk Perubahan di Tanah Papua”, MS jadi salah satu dari tiga besar website berita/informasi dari tanah Papua.

Adalah Teus, editornya. Dia salah satu dari empat orang redaktur harian MS.

Saat MS aktif, Teus selalu siap di depan layar. Mengedit berita, posting, lalu jadilah informasi dn dikonsumsi publik. Berita-berita tanah air dari 7 wilayah adat, berita-berita nasional yang bersinggungan dengan tanah Papua, juga berita-berita luar negeri yang bersinggungan dengan tanah air. Satu keinginannya: orang-orang Papua tahu kalo Papua sudah dalam situasi yang seperti apa. Sebagai editor, Teus tra ‘kejam’ untuk para reporter/wartawan MS dan bagi mereka yang kirim tulisan. Yang kurang layak nanti dia kembalikan dengan catatan-catatan. Dengan cara begitu, beberapa wartawan yang kini aktif di Papua, yang dulu pernah sama-sama di MS, Teus mereka rasa seperti jadi guru.

Di Jogja, Teus aktif dampingi mahasiswa Papua untuk belajar menulis. 

Pernah saya ikut Teus ke Universitas Sanata Dharma (USD). Teman-teman Komunitas Mahasiswa Aplim Apom (Komapo/Pegunungan Bintang) undang Teus untuk ajarkan bikin berita (http://komapo.org/…/820-komapo-news-menyelenggarakan-pelati…). Dia mulai dengan kata-kata begini: “Sa pu ilmu juga terbatas soal jurnalistik dn kode etiknya (lalu dia jelaskan soal latar belakang pengalaman kerjanya dalam dunia tulis menulis). Jadikan sa sebagai batu lompat. Ini pertemuan awal. Selanjutnya nnti teman-teman perkaya dari orang-orang yang lebih dalam ketahui soal tulis menulis.” Saya terkesan dengan kata-katanya ini, menyadari kalau malah saya sendiri ternyata kagum sama cara-cara Teus bikin berita. 

Belakangan Komapo luncurkan koran cetak Komapo News.

Satu sore, awal tahun 2015. Saya sedang asyik putar lagu Lucky Dube lalu santai di kos. SMS masuk. Dari Teus: “Tian, ko datang jemput sa di warnet dekat Sanata Dharma. Sa ada posting Abett You pu berita tapi sa tra bawa Mege. Tadi sa diantar. Jadi dtg potem, bawa Seribu-duaribu bgt untuk bayar”.

Saya marah-marah Teus, kenapa pusing malam-malam begitu. Sudah jam 10 malam. Dia baru habis ikut kegiatan. Pimred desak Teus untuk post, dan saya yang giliran sibuk jemput dia malam-malam. Itu waktu anak-anak MS ‘kerja-bakti’ untuk sumbangkan informasi dan berita yang objektif dan berimbang untuk publik di tanah air sana.

Saat itu saya  ada santai, online, lalu inbox masuk. Ada link youtube (https://www.youtube.com/watch?v=7WVngz-LrTs). Saya buka. Ternyata lagu. Judulnya “Jangan Diam Papua.” Teus dia nyanyi sama-sama Yolanda Tatogo. Mereka dua gabung untuk sumbang suara di Grup Ilalang Zaman, sebuah grup musik dari Jogja. Lagu itu Ilalang Zaman persembahkan untuk perjuangan rakyat Papua menuju merdeka. Tapi Teus sudah dari dulu masuk dunia musik.

Teus dengan dua temannya bahkan pernah rilis album lagu. “Gaidap Star Voice” namanya (https://web.facebook.com/Trio-Gaidap-Star-Voice-2104516359…/). Tiga vokalisnya –termasuk Teus- dijuluki “Trio Gaidap”. Tahun 2008, Album ini jadi salah satu yang populer di kalangan muda Mee.

Siapa Teus? Dia mahasiswa Papua di Jogja. Masih 26 tahun. Masih muda. Semuda itu dia sudah buat banyak hal-hal besar. Di samping kuliahnya, Teus sisihkan sedikit waktu luangnya untuk sesuatu yang berharga bagi tanah airnya.

April 2016 kemarin, Teus wisuda. Selesai dari jurusan akuntansi, Universitas Teknologi Yogyakarta. Sambil tertawa, dia lempar ke saya, sebuah amplop undangan wisuda yang gelarnya terpampang: “Mateus Ch. Auwe, S.Ak.” Lalu dia bilang ke saya. “Kuliah su beres. Sa mo pulang. Fokus jadi wartawan. Kita (bangsa Papua) butuh tenaga untuk kerja-kerja itu.” Waktu itu saya dengar, tapi sibuk baca dia punya undangan wisuda itu.



Lalu Teus sakit. Secepat itu. Awal Mei, tanggal-tanggal 10-an, dia ke rumah sakit. Trus beberapa kali pulang-balik rumah sakit. Dia, tipenya tidak ingin bikin susah orang lain. Hanya sakit ini, hanya sakit itu, dst, begitu dia jawab santai kalau kita tanya.
Lalu Kamis (26/05) pagi-pagi, Teus sudah di ruang ICU RSUD Jogja, setelah dirujuk kesitu oleh RS Hidayatullah yang di Glagahsari, Jogja. Hari Minggu, keluar dari RS. Kamis (02/06) kemarin, Tuhan panggil engkau kembali pada-Nya. “Dia yg menciptakan kita, kepadaNya kita balik lagi. Dia yang memberi, Dia yg mengambil. Terpujilah Tuhan.” Begitu kita percaya.

Saya masih bertanya-tanya: kenapa anak-anak muda Papua yang potensial ini harus satu-satu kembali pada Bapa di Surga sana? Lalu Oktovianus Pogau, lalu Robert Jitmau. Hari ini Teus. Ado, Tuhan, trus siapa yang akan baktikan hidup untuk kerja-kerja jurnalistik di tengah simpang-siur situasi-kondisi di tanah airMu yg Ko bri buat bangsa kami?

Su trlalu banyak anak-anak Papua yang mati muda.

Ugatame, ampuni salah-dosanya. Terima Teus dalam cahaya wajahMu. Amin.
(Dari ko pu adik laki-laki yg biasa ko panggil "Tian".)

(Manfred/KM)

Sumber : Halaman FB FKPMP (Forum Keluarga Mahasiswa Katolik Tanah Papua) di daerah Istimewa Yogyakarta





nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


1 thought on “Awal Juni, Mantan Editor Majalah Selangkah Meninggal