(Foto, Ilustrasi/KM) |
Oleh: Ones N Suhuniap
Opini, (KM). Gereja harus jadi jembatan penyelamat manusia bukan jadi penindas berwatak imperialis dan kolonial, secara jelasnya kita lihat kondisi gereja KSK Meriam, Nabire-Papua.
Sungguh amat memilukan hati ketika melihat semakin maraknya pembunuhan, penyiksaan, pembantaian, diskriminasi, pembungkaman ruang demokrasi dan pemusnahan ras Melanesia di West Papua dan luar Papua terhadap orang Papua.
Lebih menyakitkan lagi, apabila peristiwa-peristiwa ini ini dibunkus oleh agama. Mengaku anak-anak Allah, tetapi mengesahkan permusuhan terhadap orang berbeda ideologi dan melindungi para pelaku dan mendoakan pelaku yaitu negara yang melakukan kejahatan atas nama keamanan terhadap manusia Papua.
Di mimbar bicara damai tetapi mengwujudkan damai nihil, apa lagi dalam kehidupan yang kian marak penyiksaan, pembunuhan perampasan secara masif mengakibatkan permusuhan terhadap penguasa.
Perbedaan pendapat ditolak tanpa ditimbang, bahkan perbadaan pandangan dianggap musuh yang pantas diperagi, harus ditangkap dipenjarakan bahkan harus dibinasakan.
Dengan kata lain, kehidupan ini dipandang sebagai arena perang, secara khusus di Papua dijadikan sebagai arena perang dan manusianya harus dimusnahkan dari tanahnya sendiri dengan stigma separatis, makar, kriminal dan OPM.
Para teolog kaum moderat yang mengaku diri anak-anak Allah di mimbar doakan penguasa atau pelaku kejahatan yaitu negara.
Jika orang berjuang keadilan dan politik dianggap musuh dan tidak pernah mendoakan mereka dan perjuangannya di setiap persekutuan dan di mimbar gereja maka pestanya adalah mereka bukan bagian dari umat Tuhan?
Sungguh, ironis dan heran jika gereja membedakan umat Tuhan dengan melihat pandangan politik yang berbeda dengan penguasa.
Gereja berwatak imperialisme dan neoklonialisme harus sadar dan mengutamakan teologi pembebasan.
Refleksi untuk pimpinan gereja ajaran Yesus di dalam injil Matius pasal 15:13 menjelaskan bahwa, "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang disurga harus dicabut dengan akar-akarnya. Berbahagialah orang yang membwa perdamaian karena mereka disebut anak-anak Allah."
Artinya gereja harus membela dan melindugi umat Tuhan karena undang -undang dan aturan kolonial harus dicabut di tanah ini, sebab hukum dibuat kolonial menindas umat Tuhan di tanah Papua.
Berdasarkan refleksi ini saya melihat gereja di papua berwatak imperalis dan kolonial melidugi kepentingan mereka dibandingkan menyelamatkan manusia Tuhan tempatkan di tanah ini, dengan kata lain gereja sesungguhnya penindas.
Anak-anak bangsa Papua adalah para pejuang kedamaian manusia, bukan beretorika di mimbar-mimbar gereja.
(Penulis adalah Ones N Suhuniap, Sekjend I KNPB Pusat)
Editor: Frans P
0 thoughts on “Gereja Harus Jadi Jembatan Penyelamat Manusia”