Foto: Orang kaiya dan orang miskin (Sumber: http://sinarharapan.co)/KM |
Oleh Oktovian Yogi
Opini,
Kabarmapegaa.com--Keinginan sekolah
untuk mendapatkan ilmu selalu ada dalam benak pikiran siapapun dia. Dengan
keinginan besar itu akan terdorong dengan visi dan tujuan besar yakni cita
cita. Namanya cita cita selalu ada di rencakana sekarang demi masa depan.
Hidup
tidak selalu sukses pasti ada kegagalan. Kegagalan ini membuat semua orang
berhenti pekerjaan atau tertundah rencana. Akibat tertunda bukan karena malas
tetapi kekurangan biayah dan ketidak mampuan dalam proses pembiayaan hidup.
Persoalan
ini anak Papua banyak yang terjadi akhirnya masuk pada hidup yang tak berkenang
bagi diri, tanah dan orang tua tercinta seperti Miras, seksual, aibon dan
lainya.
Banyak
cara dapat di tempuh untuk mengatasi persoalan aibon anak muda di kota, perlu
ada kajian ilmiah sebagai bahan acuan untuk menentukan kebijakan menyelamatan
bagi anak-anak terlantar, tetapkan ijinkan saya untuk melemparkan ide subjektif
yang perlu mempertimbangkan oleh semua stakeholder yang perlu mengaku sebagai
“Akulah hambah pembangunan” agar dapat di pikirkan bersama kedepan.
Pendidikan
non formal adalah cara penyelamatan masa depan anak-anak terlantar karena
pendidikan formal tidak memberi kesempatan untuk mereka belajar apabila tidak
di selamatkan dengan pendidikan non formal bagi anak anak terlantar, maka
negara dan pemerintah serta gereja akan disebutkan gagal menyelamtkan anak-anak
Papua.
Sejarah
masa depan akan tercetat sejarah masa mendatang, tergantung kebijakan pembangunan
manusia papua, apabila ada anak anak aibon dan putus sekolah dikumpul, kemungkin
ada keselamatan masa depan, misalnya memberi pemahaman kearah usaha dan bisnis membuka
tempat belajar Computer, Drum, Ben dll untuk anak anak terlantar .
Dua
hal ini terkaitan dengan dunia hidup mereka yang dominasi mereka dengan budaya
mereka senang senang, sehingga apabila anak-anak itu di hadirkan di hadapan
komputer dan drum music , kita akan memperoleh anak anak berkemampuan seni
musik yang hebat bagi banggsa dan negara.
Yang
di butuhkan dalam hal ini adalah mendampingi. Bila kita sudah mendampingi perlahan
lahan meraka anak mendengarkan dan mencoba untuk berpikir ternyata saya juga bisa
dan pada ujung ujungnya terdapat talenta dari Tuhan kepada pribadinya.
Pendidikan
non formal tidak berlaku pada mereka. Tahap awal karena hanya melahirkan
pendidikan baru dan diri anak anak terlantar dan putuskan sekolah sekolah,
sehingga perlu pendidikan non pendidikan yang mengibatkan semangat menemukan
kemampuan sebagai langkah awal Komunikasi yang dapat menyakitkan mereka tentang
kegiatan yang laksanakan.
Perlu
di hindari adalah memandang mereka sebagai anak anak aibon anak terminal anak
kotor dan stigma, yang melanggar
eksitensi dan harga diri sebagai manusia yang dibutukan adalah ada kemauan
untuk belajar komputer dan belajar seni musik atau kegiatan lain yang
laksanakan melalui proses yang membuat mereka semangat memcari kepribadian yang sesugunnya (KM).
Penulis Adalah
Mahasiswa Papua Kuliah Di Jayapura
0 thoughts on “Solusi Mengatasi Anak Papua Putus Sekolah ke Arah Usaha ”