Oleh : Manfred kudiai
Teman-teman perluh mengetahui bahwa hidup di perantauan (tanah orang) memang sangat sulit
dan bukanlah hal yang mudah untuk menjalani
kehidupan di tanah orang. Ada banyak cerita atau kisah yang kami alami dalam kehidupan kami selama kami merantau
di tanah orang. Apapun yang terjadi akan terasa sulit
untuk dijalani. Kami mengalami
kisah ini sudah beranjak 2 tahun yang lalu di tanah kokonao semasa kami SMP.
Sekolah di perantauan orang alias jauh dari kedua orangtua yang kami sayangi. kisah dari hari ke hari rasa kangen dan rindu akan kampung
halaman ada di hati. kadang rasa gelisah sedih yang selalu menghantui kami di setiap saat.
Dengan begitu, masih tersimpan raut
wajah kedua orangtua di dalam hati kami. Juga terkadang selalu teringat wajah kedua orangtua di setiap langkah dan kehidupan yang selalu kami
jalani. Meskipun mereka jauh di
hadapan kami, namun, dengan melalui doa mereka selalu ada dan bersama dengan
kami di dalam benak hati.
Akan hal itu, kami selalu merasa
bangga terhadap kedua orangtua, yang kami tinggalkan di kampung halaman. Dengan meninggalkan orangtua, kami selalu berpikir bahwa, inilah masa yang kesulitan yang terindah yang kami hadapi.
Ketika kami dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan rintangan. Baik dalam pengaturan uang maupun dalam pengeluaran uang demi
mencari kebutuhan yang kami butuhkan. Apapun itu, kami selalu mengatur dengan baik dalam hal pengaturan uang maupun yang
lain.
Dengan begitu, kami merasa lebih mandiri demi mencapai kesuksesan yang telah kami
janjikan kepada kedua orangtua. Kadang air mata pun menetes dengan tak sadar
memikirkan nasib kami (harapan kami). Serasa belum percaya untuk mencapai cita-cita kami, sebab kami masih memegang kebiasaan sehari-hari (tingkah buruk kami) yang kadang bersifat
negatif.
Semua kesedihan yang kami alami akan menjadikan sebagai pondasi dan batu sandaran untuk untuk mencapai
harapan dan cita-cita kami agar bisa mencapai kesuksesan pada masa yang indah. walaupun jarang kami belajar. Namun, juga karena banyak tantangan dan
rintangan yang selalu membawa kami ke dalam kegagalan hidup.
Ketika cinta dan kasih sayang oleh kedua orangtua datang. Berarti dengan sendirinya menggantikan dengan para pembina asrama
(pastor, suster dan para guru di sekolah). Itu menjadi orangtua kami yang sangat berarti dalam hidup kami. Dikala datang senang maupun susah,
terkadang berpikir untuk selalu menyayangi dan mencintai orangtua kedua kami dengan penuh hormat.
Namun kadang kemudian selalu teringat pula kedua orangtua kami di kampung halaman.
Seusai dengan apa yang kami harapakan, kadang terbayang wajah orangtua yang selalu menumpukan rasa belas cintanya.
Dengan begitu, banyak teka-teki yang muncul dan harus dipecahkan untuk memperbaiki tingkahlaku serta kebiasaan yang buruk
sehingga bisa memimpikan cita-cita dan harapan yang andal demi mencapai
kesuksesan juga menjadi orang yang terbaik terhadap orangtua.
Kami selalu mengalami kegagalan, namun itu bukan menjadi bahan pembicaraan juga sebagai bahan untuk mengehentikan semua jejak dan cita-cita kami, yang selalu kami harapkan. Dan kami berharap bahwa nantinya semua indah pada waktunya. Juga kami selalu berkeinginan
untuk membahagiakan kedua orangtua kami masing–masing.
Untuk itu, kami selalu memegang komitmen bahwa kami harus menunjukkan bahwa kami bisa, meskipun selalu berhadapan dengan rintangan yang
membuat kami harus jatuh. Namun kami selalu bangun lagi untuk mendapatkan kembali apa yang harus
kami kejar, yakni cita-cita.
Hidup memang penuh dengan banyak teka-teki, bahkan tidak bisa di tebak
kapan kita memulai dan mengakhirnya, semua datang secara tiba-tiba bahkan tidak sesuai
dengan nalar yang kita pikirkan. Dengan begitu, kami selalu mencoba untuk memperbaiki tindakan dan
kesalahan kami sehingga nantinya tidak masuk pada hal sia-sia (sifatnya
fleksibel).
Dibalik itu juga, kami Selalu mendapatkan dukungan dari Tuhan (God), Orangtua dan keluarga
yang lain. Sehingga selalu setia dan mendukung dalam study kami. Ini
adalah aprsiasi yang paling baik untuk kami. Dan karena ada dukungan dari
mereka semua maka kami memunyai semangat 61 untuk terus bagkit dan maju melawan
hal-hal yang belum pernah kami dapatkan. Dan pada akirnya kami mendapatkan
sesuatu yang lebih berharga untuk masa depan kami.
Inilah kisah
hidup kami selama kami berada dan hidup di tanah orang, yakni tanah kokonao
semasa kami SMP. Kehidupan yang kami lalui banyak kisah yang menarik namun,
hanya kisah secara garis besar saja yang kami sajikan untuk saudara sekalian.
Terima kasih.
Penulis : (Siswa SMK N 1 Kuala Kencana
Timika, Papua)
0 thoughts on “Rasa Beban Hidup di Tanah Orang”