Foto Kecamatan Kokonao/SA |
Oleh : Manfred Kudiai
Sewaktu aku masih kecil (SD)
disisi kedua orangtua (Marthinus. Kudiai dan Rubeka. Yogi) dikampung halamanku
Katuwo ( Komopa, paniai), Susahnya saya tuk menjauh dari
sisinya. saya sangat disayangi oleh kedua orangtua karena kami
dari sembilan bersaudara, empat saudaraku perempuan yang
masih hidup,diantaranya (Lusia .kudiai, Kristina .Kudiai, Meliana
.Kudiai dan Yuphita .Kudiai) dan ada pula tiga saudaraku yang telah
meniggal dunia (siska kudiai, Fransiskus .kudiai ),satu diantaranya adik
perempuan (Selpina .kudiai) diantara itu kami berdua anak laki-lakin
namun satunya sudah tiada,jadi saya sendirilah anak laki-laki dan yang paling
terakhir dari kedua sebelum adik selpina, anak yang ke-8.
jadi pantaslah kedua orangtuaku sangat menyangiku. Meskipun sangat
sulit pula untuk menjauhi diriku dari sisi kedua orang tuaku, saya
merencanakan untuk melanjutkan study selanjutnya di kokonao, saya
merencanakan itu karena ada pepata kata kecil tapi bermakna luas dalam beningku
bahwa “Dengan merantau kita bisa mencapai
cita-cita” yang kita impihkan.
sebelum aku berpisah dan melanjutkan study di Tamanipia (koakonaao ) kedua orangtuaku memberikan pada saya sekian banyak nasehat terlebih dari Ibuku karena saat itu ayaku telah dipanggil Tuhan dan yang menggantikan Bapakku yakni Bapak Frans Bunai (pewarta sabda Tuhan di Paroki Komopa, Deknat Paniai) katanya “anakku Pondasikanlah Nasehat- nasehat yang telah kami berikan dan berjalanlah diatas Nasehat-nasehat tersebut tadi” dan ingat OLA ET LABORA “berdoa sambil bekerja” itulah salah satu kunci keberhasilan utuk mencapai Cita-citadan jangan perna ingat pulang kaampung sebelum mencapai impianmu (cita_cita). Nah saya tidak bisah mengungkapkn banyak kata hanya kata Terimakasih kepada bapak dan mama atas nasehat-nasehatnya, lebih khusus buat ibuku yang telah mengandung selama sembilan bulan,melahirkan saya, mendidik , membesarkan saya dengan susah payah dimasa kecilku , dan kepada Bapakku yang telah meninggal bersamalah selalu disisi anakmu ini dimanapun anakmu melangka maju mengejar cita-citaku dan karena sekarang saya telah beranjak usia Remaja dan saat ini pula waktunya untuk mengejar impian dan masa depanku di tanah Orang tu menggantikan Bapak. Dengan semangat itulah yang memisahkan diriku dari sisi kedua orangtuaku, kakak – kakakku ,teman-temanku, serta sanak saudarah dikampung halaman.
Perjalananku menuju kota tamanipia
sangatlah jauh kira-kira satu minggu dalam perjalanan dari komopa menuju
Enarotali melalui kali aga pakai spitboat,Enaratali menuju Timika
meluli transpor Udara, Timika menuju kokonau melalui kali pakai
spitboat dan akhirnya tibah pula dengan selamat di kota yang kutuju kota Tua
kokonao dalam bahsa kamoro Tamnipia.
Setibahnya disana saya bertemu pula
dengan bapak –bapak, ibi-ibu,adik-adik serta teman-temanku suku kamoro yang
mendiami diwilayah pesisir pantai yang belum perna kujumpai,
jangankan itu suasana alam pun jauh berbeda dengan kampung alamanku. Aku
memandang alam yang begitu mempersona yang dihiasi dengan berbagai macam pohon
diantaranya pohan bakau, pohon kasuari, pohon kelapa dan masih banyak pohon
yang belum kusebut, diantara semua itu pohon yang paling unik yaitu
pohon kelapa, kenapa ? karna belum perna
kulihat sebelumnya, dalam gambaran, dalam buku saya perna
membaca dan melihat namun itu tidak nyata.
Meskipun aku telah melihat
begitu indah dan mempersona dan tinggal bergabung bersama
sekian banyak teman yang mendiami dalam Asrama Katholik Bintang
Kejora kota tua kokaonao, meskipun saya telah memiliki banyak teman,
masih juga dalam benik pikiranku terbayang-
bayang kedua orangtuaku khususnya Ibuku, sangat-sangat pula
sulitnya untuk mencobah melupakan sebentar.
Beberapa hari kemudian saya
mendaftar siswa baru SMP YPPK LECOG D’ARMAND
VILLE Kokonao, dua minggu kulalui dengan proses
Belajar-mengajar disekolah, bersamaan itu pulah perasaan
yang saya alami tersebut semakin hari semakin menghilang dengan perlahan –
lahan dari dalam benik pikiranku dan mulai beradaptasi dengan
lingkungan , dan saya tidak lagi merasa kesunyian karena sudah beta tinggal
disana karena saya bersahabat dengan teman-temanku yang berasal dari kokonao
(kamoro), agimuga (amungme) damal (jila) dan teman-teman lainnya sama suku
dengan saya yaitu suku mee (paniai) . Teman – temanku yang ku sebut tadi
tinggal bersama-sama di Asrama katholik Bintang kejora
yang dibangun oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amugme Dan Kamoro (LPMAK)
dan dikelolah langsung oleh Keuskupan, Kami sebagai penghuniasram suka dan
duka kami jalani bersama, saling melengkapi satu sama yang lain dan kami tidak
membedah-bedahkan asal dan suku mana. Semenjak itu pula saya
temukan seorang Bapak yang bernama Kasimilus Omeyau (Bapak
asrama) yang selalu menjaga dan membina kami anak-anak Penghuni Asrama
KATHOLIK BINTANG KEJORA, Dengan tidak muda lelah.korbankan waktu
hanya untuk kami,padahal ia punya keluarga yang ia harus mencari
nafkah hidup untuk keluarganya. Dan kutemukan pula sebagai
pengganti kedua orangtuaku yakni Bapak Chrispinus
Ohoidledjaan S.sos dan Ibu Katarina Henny Susenik .
S.pd yang selalu memberi saya Nasehat, yang selalu mengajari saya mana
yang baik dan mana yang tidak baik, selain Tugas dan kewajiban
mengajar di sekolah, dan yang membiayai uang SPP
saya semester III,semester IV, Dan semester V.
Dan akhir Kata ,Puji
syukur juga saya panjatkan kepada Tuhan yang
maha kuasa,karena berkat dan kurnia-Nya saya telah menyelesaikan
study dengan baik tanpa kendala di Kota bersejara/Kota tua Kokonao
(Tamanipia),meskipun banyak rintangan yang ku lalui pada waktu disana
maklum semuanya itu sifat merantau dan Tuhan tidak pernah membiarkan sendiri
lalui itu semua. Dan tidak lupah juga ku panjatkan Rasa syukur
danTerimakasihku juga kepada para Biarawan/I khususnya kepada
Para Biarawan:
Pastor Alexander Adii Purnama Santi ,SCJ ,Pastor Dodot.SCJ.Pastor Paulus Guntoro,SCJ.Pastor Windi.SCJ, Bruder.Petrus Susanto.SCJ, Bruder Markus Islumianto.SCJ dan,kepada
Para Biarawati :
Sr.Clarenzia. Sr.Petornela Sr.Isabella Sr.Kepada
Bapak Pembina Asrama B.K Bapak Petrus Tubun S.Ag dan kepada
para Guru Disekolah.
Sekian.
Penulis : Siswa (SMK N
1 Kuala Kencana Timika, Papua)
0 thoughts on “Terimahkasih Tamanipia (Kota Tua Kaokonao)”