Foto : Kristian D. Iyai (M.T) doc. |
Oleh : Kristian D. Iyai
Opini (KM)--Pendidikan
merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan,
sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab
tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan
manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti
yang luhur dan moral yang baik.
Tujuan pendidikan yang
kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Papua seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (TYME) dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Pendidikan harus mampu
mempersiapkan masyarakatnya agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan
kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral
tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bukannya perpecahan.
Mempertimbangkan
pendidikan anak-anak di Papua sama dengan mempersiapkan generasi yang akan
datang untuk mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Papua. Hati seorang
anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap
merefleksikan semua yang ditampakkan padanya.
Empat pilar pendidikan
sekarang dan masa depan yang dicanangkan oleh UNESCO yang perlu kita lihat dan
dikembangkan di Papua, lembaga pendidikan formal, yaitu:
- Learning to Know (belajar untuk
mengetahui),
- Learning to do (belajar untuk
melakukan sesuatu) dalam hal ini kita dituntut untuk terampil dalam melakukan
sesuatu,
- Learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang), dan
- Learning to live together
(belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Empat pilar pendidikan
yang dikeluarkan oleh UNESCO ini merupakan cikal-bakal pemerintah Papua yang
selama ini buta dengan perkembangan-perkembangan jaman sains, maka itu dinas
pendidikan, dalam rangka merealisasikan `learning to know, Guru seyogyanya
berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat
berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog dengan siswa dalam mengembangkan
penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu.
Learning to do (belajar
untuk melakukan sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa
untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan minatnya.
Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur keturunan namun tumbuh
berkembangnya bakat dan minat tergantung pada lingkungannya. Keterampilan dapat
digunakan untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan
daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan
seseorang.
Pendidikan yang
diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau kebutuhan dari daerah
tempat dilangsungkan pendidikan. Unsur muatan lokal yang dikembangkan harus
sesuai dengan kebutuhan daerah setempat.
Learning to be (belajar
untuk menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan
fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi
anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran
guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat dibutuhkan untuk
pengembangan diri siswa secara maksimal khususnya di Papua saat ini.
Kebiasaan hidup bersama,
saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima (take and give), perlu
ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses
“learning to live together” (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Penerapan pilar keempat ini dirasakan makin penting dalam era globalisasi/era
persaingan global.
Perlu pemupukkan sikap saling pengertian antar
ras, suku, dan agama agar tidak menimbulkan berbagai pertentangan yang
bersumber pada hal-hal tersebut.
Dengan demikian,
tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan
kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan
moral manusia Papua pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Papua yang
demikian diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat
Papua di era globalisasi saat ini.
Mengenai kecenderungan
merosotnya pencapaian hasil pendidikan selama ini, langkah antisipatif yang
perlu ditempuh adalah mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat terhadap
dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, serta
perbaikan manajemen di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan di daerah, khususnya di Papua dikaji lebih dulu
kondisi obyektif dari unsur-unsur yang terkait pada mutu pendidikan, yaitu:
- Bagaimana kondisi gurunya?
(persebaran, kualifikasi, kompetensi penguasaan materi, kompetensi
pembelajaran, kompetensi sosial-personal, tingkat kesejahteraan);
- Bagaimana kurikulum disikapi
dan diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?;
- Bagaimana bahan belajar yang
dipakai oleh siswa dan guru? (proporsi buku dengan siswa, kualitas buku
pelajaran);
- Apa saja yang dirujuk sebagai
sumber belajar oleh guru dan siswa?;
- Bagaimana kondisi prasarana
belajar yang ada?;
- Adakah sarana pendukung belajar
lainnya? (jaringan sekolah dan masyarakat, jaringan antarsekolah, jaringan
sekolah dengan pusat-pusat informasi);
- Bagaimana kondisi iklim belajar
yang ada saat ini?.
Mutu pendidikan dapat
ditingkatkan dengan melakukan serangkaian pembenahan terhadap segala persoalan
yang dihadapi. Pembenahan itu dapat berupa pembenahan terhadap kurikulum
pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal,
menerapkan konsep belajar tuntas dan membangkitkan sikap kreatif, demokratis
dan mandiri. Perlu diidentifikasi unsur-unsur yang ada di daerah Sorong-Merauke
yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses peningkatan mutu pendidikan,
selain pemerintah daerah, misalnya kelompok pakar, paguyuban mahasiswa, lembaga
swadaya masyarakat daerah, perguruan tinggi, organisasi massa, organisasi
politik, pusat penerbitan, studio radio/TV daerah, media masa/cetak daerah,
situs internet, dan sanggar belajar.
Penulis adalah pemerhati
edukasi Se- tanah Papua yang sedang study di kota Pasundan Jawa Barat.
0 thoughts on “Perkembangan Edukasi Masa Kini & Masa Depan di Papua”