BREAKING NEWS
Search

Sosialisme dan Persoalan Kebebasan

Sosialisme dan Persoalan Kebebasan (Foto: Dok. Kpo Prp Yogyakarta/KM)
Oleh: Frans Pigai

Artikel, (KM). Sauvinisme nasional sering mencari pembenaran dengan me-rasis-kan sebuah bangsa, yaitu menganggap karakteristik rasial berasal dari perbedaan nasional.

Rasisme menyatakan bahwa terdapat "ras" manusia yang terpisah - dengan serangkaian karakteristik sosial dan fisik yang dapat diuraikan secara jelas, yang telah ada dan akan selalu ada. Dalam kenyataannya, kelompok rasial adalah kategori yang dikonstruksikan secara sosial berdasarkan pada pemujaan dangkal atas karakteristik fisik eksternal - biasanya warna kulit.

Rasisme adalah ideologi dan psikologi sosial yang secara terang-terangan atau tersembunyi menunjukan bahwa nilai sosial tersebut berasal dari pemujaan terhadap perbedaan fisik dangkal - membagi manusia kedalam kelompok rasial "inferior" dan "superior" dalam rangka membenarkan sebuah sistem ketidakadilan sosial yang diinstitusionalkan berdasarkan atas kategori rasial.
Dengan membagi manusia kedalam kelompok rasial, pemilik modal mampu menyatakan pengakuannya terhadap keadilan formal seluruh manusia sementara pada saat bersamaan men-super eksploitasi bagian khusus dari rakyat pekerja (rakyat pekerja yang dikategorikan sebagai bagian dari salah satu kelompok rasial) dan memenangkan dukungan untuk mempertahankan kapitalisme dari rakyat pekerja yang tidak menjadi sasaran penindasan rasial, yang dengan demikian relatif diberi hak istimewa. Kiriman Kpo Prp Yogyakarta.

Presentasi Proletariat Revolusioner Mengenai Persoalan Hak Sebuah Bangsa Untuk Menentukan Nasib Sendiri


Bukan hanya tuntutan hak sebuah bangsa untuk menentukan nasib sendiri namun juga semua item dari program demokratik minimum kita telah diajukan sebelum kita, jauh sejak abad ke tujuh belas dan delapan belas, oleh kaum borjuis kecil.

Dan kaum borjuis kecil, yang percaya pada kapitalisme “damai”, hingga hari ini terus mengedepankan semua tuntutan tersebut dengan cara utopis, tanpa melihat perjuangan klas dan fakta bahwa perjuangan kelas ini telah menjadi semakin intensif di bawah demokrasi. Gagasan persatuan damai dari bangsa-bangsa yang setara di bawah imperialisme, yang menipu rakyat, dan yang diajukan oleh kelompok Kautsky [3], adalah seperti itu.

Untuk melawan kaum utopis yang filistin dan oportunis ini, program Sosial Demokrasi harus menunjukkan bahwa di bawah imperialisme pembagian bangsa-bangsa menjadi yang menindas dan yang tertindas adalah sebuah kenyataan yang pokok, yang paling penting dan tidak dapat dihindari.

Kaum proletariat dari bangsa-bangsa yang menindas tidak dapat membatasi dirinya sendiri pada ungkapan-ungkapan yang umum dan lazim menentang aneksasi dan mendukung hak yang setara dari bangsa-bangsa secara umum, sesuatu yang dapat diulang-ulang oleh kaum borjuasi pasifis manapun. 
 
Proletariat tidak dapat menghindari masalah yang sangat “tidak menyenangkan” bagi kaum borjuasi imperialis, yakni, masalah perbatasan sebuah bangsa yang berdasarkan atas penindasan nasional. Kaum proletariat harus melawan pengekangan paksa bangsa-bangsa yang tertindas di dalam batas-batas bangsa tertentu, dan inilah makna perjuangan untuk hak penentuan nasib sendiri. Kaum proletariat harus menuntut hak politik untuk memisahkan diri bagi negeri-negeri jajahan dan bagi bangsa-bangsa yang ditindas oleh bangsanya “sendiri”.

Jika kaum proletariat tidak melakukan hal itu, internasionalisme proletariat akan menjadi ungkapan yang tidak bermakna; saling percaya dan solidaritas klas antar buruh dari bangsa-bangsa yang menindas dan tertindas akan menjadi mustahil; kemunafikan dari kaum reformis dan para pendukung Kautsky yang mendukung hak penentuan nasib sendiri namun bungkam mengenai bangsa-bangsa yang ditindas oleh bangsa “mereka” dan dipenjara secara paksa di dalam negeri “mereka” akan tetap tidak terekspos.

Kaum Sosialis dari bangsa-bangsa yang tertindas, di sisi yang lain, secara khusus harus berjuang untuk dan mempertahankan persatuan absolut (juga secara organisasional) antara buruh dari bangsa yang tertindas dengan buruh dari bangsa yang menindas.

Tanpa persatuan semacam itu akan menjadi mustahil untuk mempertahankan kebijakan proletariat yang independen dan solidaritas klas dengan proletariat dari negeri-negeri lain di hadapan semua akal-akalan, pengkhianatan dan tipu daya borjuasi; karena kaum borjuasi dari bangsa yang tertindas selalu mengubah slogan pembebasan nasional menjadi alat untuk menipu buruh; dalam politik internal kaum borjuasi bangsa yang tertindas menggunakan slogan tersebut sebagai alat untuk melakukan perjanjian-perjanjian reaksioner dengan kaum borjuasi dari bangsa yang berkuasa (sebagai contoh, kaum borjuasi Polandia di Austria dan Rusia, yang membuat perjanjian dengan kelompok reaksi untuk menindas kaum Yahudi dan orang Ukraina); dalam ranah politik luar negeri dia berusaha membuat perjanjian dengan salah satu pesaing kekuatan imperialis dengan tujuan untuk memenangkan kepentingan-kepentingan predatornya sendiri (kebijakan negeri-negeri kecil di Balkan, dsb).

Kenyataan bahwa di bawah kondisi-kondisi tertentu perjuangan pembebasan nasional melawan satu kekuatan imperialis dapat digunakan oleh Kekuatan “Besar” lainnya untuk kepentingan yang juga imperialis tidak boleh mendorong Sosial Demokrasi untuk mencampakkan pengakuan terhadap hak sebuah bangsa untuk menentukan nasib sendiri, seperti halnya dalam banyak kasus dimana kaum borjuasi menggunakan slogan republik untuk tujuan penipuan politik dan perampokan ekonomi, contohnya di negeri-negeri Amerika Latin, tidak mendorong mereka untuk meninggalkan republikanisme.

Doug Lorimer, "Bentuk-Bentuk Sejarah Komunitas Manusia" dalam pamflet "Sosialisme dan Persoalan Kebangsaan." (Frans P/KM)



Sumber Terjemahan: "The Socialist Revolution and the Right of Nations to Self-Determination"

[3] Karl Kautsky (1854-1938) menyandang reputasi sebagai guru besar Marxis Jerman. Lenin pun pada satu ketika menganggapnya sebagai gurunya. Akan tetapi, dengan semakin dekatnya revolusi, semakin menjauh ia dari Marxisme revolusioner. Sampai akhirnya dia menentang Revolusi Oktober mati-matian dan menjadi salah satu kekuatan kontra-revolusioner. Lenin dan Trotsky mengecam mantan guru mereka ini sebagai pengkhianat.



(Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Tanah Colonial Indonesia)



nanomag

Media Online Kabar Mapega adalah salah situs media online yang mengkaji berita-berita seputar tanah Papua dan Papua barat secara beragam dan berimbang.


0 thoughts on “ Sosialisme dan Persoalan Kebebasan