Yogyakarta,
(KM) - Amoye Egeidaby.Biasa dipanggil Teus. Lebih populer dengan nama
Mateus Ch. Auwe (http://egeidaby-a.blogspot.co.id/).
Sebelumnya
aktif me-layout Majalah Selangkah (MS) cetak, bergabung dalam Komunitas
Pendidikan Papua (KPP). Lalu komunitas ini menjadi lembaga, Lembaga Pendidikan
Papua (LPP). Mereka tidak lagi memproduksi majalah dalam bentuk cetak. Sejak
2012, LPP dirikan website. Isinya berita dan informasi seputar tanah Papua,Majalah
Selangkah Online (majalahselangkah.com) namanya. Dengan slogan “Kritis dan Objektif untuk
Perubahan di Tanah Papua”, MS jadi salah satu dari tiga besar website
berita/informasi dari tanah Papua.
Adalah
Teus, editornya. Dia salah satu dari empat orang redaktur harian MS.
Saat MS
aktif, Teus selalu siap di depan layar. Mengedit berita, posting, lalu jadilah
informasi dn dikonsumsi publik. Berita-berita tanah air dari 7 wilayah adat,
berita-berita nasional yang bersinggungan dengan tanah Papua, juga
berita-berita luar negeri yang bersinggungan dengan tanah air. Satu
keinginannya: orang-orang Papua tahu kalo Papua sudah dalam situasi yang
seperti apa. Sebagai editor, Teus tra ‘kejam’ untuk para reporter/wartawan MS
dan bagi mereka yang kirim tulisan. Yang kurang layak nanti dia kembalikan
dengan catatan-catatan. Dengan cara begitu, beberapa wartawan yang kini aktif di
Papua, yang dulu pernah sama-sama di MS, Teus mereka rasa seperti jadi guru.
Di
Jogja, Teus aktif dampingi mahasiswa Papua untuk belajar menulis.
Pernah
saya ikut Teus ke Universitas Sanata Dharma (USD). Teman-teman Komunitas
Mahasiswa Aplim Apom (Komapo/Pegunungan Bintang) undang Teus untuk ajarkan
bikin berita (http://komapo.org/…/820-komapo-news-menyelenggarakan-pelati…). Dia mulai dengan kata-kata begini: “Sa pu ilmu juga
terbatas soal jurnalistik dn kode etiknya (lalu dia jelaskan soal latar
belakang pengalaman kerjanya dalam dunia tulis menulis). Jadikan sa sebagai
batu lompat. Ini pertemuan awal. Selanjutnya nnti teman-teman perkaya dari
orang-orang yang lebih dalam ketahui soal tulis menulis.” Saya terkesan dengan
kata-katanya ini, menyadari kalau malah saya sendiri ternyata kagum sama
cara-cara Teus bikin berita.
Belakangan
Komapo luncurkan koran cetak Komapo News.
Satu
sore, awal tahun 2015. Saya sedang asyik putar lagu Lucky Dube lalu santai di
kos. SMS masuk. Dari Teus: “Tian, ko datang jemput sa di warnet dekat Sanata
Dharma. Sa ada posting Abett You pu berita tapi sa tra bawa Mege. Tadi sa
diantar. Jadi dtg potem, bawa Seribu-duaribu bgt untuk bayar”.
Saya
marah-marah Teus, kenapa pusing malam-malam begitu. Sudah jam 10 malam. Dia
baru habis ikut kegiatan. Pimred desak Teus untuk post, dan saya yang giliran
sibuk jemput dia malam-malam. Itu waktu anak-anak MS ‘kerja-bakti’ untuk
sumbangkan informasi dan berita yang objektif dan berimbang untuk publik di
tanah air sana.
Saat itu
saya ada santai, online, lalu inbox masuk. Ada link youtube (https://www.youtube.com/watch?v=7WVngz-LrTs). Saya buka. Ternyata lagu. Judulnya “Jangan Diam
Papua.” Teus dia nyanyi sama-sama Yolanda Tatogo. Mereka dua gabung untuk
sumbang suara di Grup Ilalang Zaman, sebuah grup musik dari Jogja. Lagu itu Ilalang
Zaman persembahkan untuk perjuangan rakyat Papua menuju merdeka. Tapi Teus
sudah dari dulu masuk dunia musik.
Teus
dengan dua temannya bahkan pernah rilis album lagu. “Gaidap Star Voice” namanya
(https://web.facebook.com/Trio-Gaidap-Star-Voice-2104516359…/). Tiga vokalisnya –termasuk Teus- dijuluki “Trio
Gaidap”. Tahun 2008, Album ini jadi salah satu yang populer di kalangan muda
Mee.
Siapa
Teus? Dia mahasiswa Papua di Jogja. Masih 26 tahun. Masih muda. Semuda itu dia
sudah buat banyak hal-hal besar. Di samping kuliahnya, Teus sisihkan sedikit
waktu luangnya untuk sesuatu yang berharga bagi tanah airnya.
April
2016 kemarin, Teus wisuda. Selesai dari jurusan akuntansi, Universitas
Teknologi Yogyakarta. Sambil tertawa, dia lempar ke saya, sebuah amplop
undangan wisuda yang gelarnya terpampang: “Mateus Ch. Auwe, S.Ak.” Lalu dia
bilang ke saya. “Kuliah su beres. Sa mo pulang. Fokus jadi wartawan. Kita
(bangsa Papua) butuh tenaga untuk kerja-kerja itu.” Waktu itu saya dengar, tapi
sibuk baca dia punya undangan wisuda itu.
Lalu Teus sakit. Secepat itu. Awal Mei, tanggal-tanggal 10-an, dia ke rumah
sakit. Trus beberapa kali pulang-balik rumah sakit. Dia, tipenya tidak ingin
bikin susah orang lain. Hanya sakit ini, hanya sakit itu, dst, begitu dia jawab
santai kalau kita tanya.
Lalu
Kamis (26/05) pagi-pagi, Teus sudah di ruang ICU RSUD Jogja, setelah dirujuk
kesitu oleh RS Hidayatullah yang di Glagahsari, Jogja. Hari Minggu, keluar dari
RS. Kamis (02/06) kemarin, Tuhan panggil engkau kembali pada-Nya. “Dia yg
menciptakan kita, kepadaNya kita balik lagi. Dia yang memberi, Dia yg
mengambil. Terpujilah Tuhan.” Begitu kita percaya.
Saya
masih bertanya-tanya: kenapa anak-anak muda Papua yang potensial ini harus
satu-satu kembali pada Bapa di Surga sana? Lalu Oktovianus Pogau, lalu Robert
Jitmau. Hari ini Teus. Ado, Tuhan, trus siapa yang akan baktikan hidup untuk
kerja-kerja jurnalistik di tengah simpang-siur situasi-kondisi di tanah airMu
yg Ko bri buat bangsa kami?
Su
trlalu banyak anak-anak Papua yang mati muda.
Ugatame,
ampuni salah-dosanya. Terima Teus dalam cahaya wajahMu. Amin.
(Dari ko pu adik laki-laki yg biasa ko panggil "Tian".)
(Manfred/KM)
Sumber : Halaman FB FKPMP (Forum Keluarga Mahasiswa
Katolik Tanah Papua) di daerah Istimewa Yogyakarta
Kelas kka Kata kata.a
ReplyDeleteMaju Terus !!!